cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science, Education,
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa" : 7 Documents clear
SEBARAN DAN POTENSI POHON TENGKAWANG DI HUTAN PENELITIAN LABANAN,KALIMANTAN TIMUR Amiril Saridan; Andrian Fernandes; Massofian Noor
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2013.7.2.101-108

Abstract

Tengkawang merupakan jenis pohon yang dilindungi, tumbuh di hutan tropis yang dikenal sebagai penghasil buah dan lemak tengkawang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi dan sebaran jenis pohon penghasil tengkawang. Penelitian dilaksanakan di hutan penelitian Labanan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Dalam penelitian ini digunakan plot berukuran 100 m x 100 m (1 ha) yang diletakkan secara purposive sampling pada tegakan yang berbeda yang dibuat sebanyak 3 plot penelitian dengan total areal 3 ha. Hasil penelitian terdapat 5 jenis pohon penghasil tengkawang meliputi Shorea beccariana Burck, S. macrophylla Ashton, S. mecistopteryx Ridl., S. pinanga Scheff dan S. Seminis (de Vriese) Sloot. dengan Kerapatan pohon bervariasi dari satu plot ke plot lainnya dengan rataan 11 pohon/ha dan volume tegakan sebesar 38,32 m3/ha. Umumnya jenis tengkawang yang tumbuh pada kelerengan > 40 % yaitu S. beccariana Burck, S. pinanga Scheff, S. mecistopteryx Ridl dan S. seminis Sloot. Sedangkan yang tumbuh pada kelerengan < 40 % adalah S. macrophylla Ashton.
PERTUMBUHAN DAN KOMPOSISI JENIS PERMUDAAN ALAM PADA RUMPANG TEBANGAN DI KALIMANTAN SELATAN Sudin Panjaitan
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2013.7.2.63-74

Abstract

Hutan produksi Indonesia sebagian besar telah berubah menjadi areal bekas tebangan akibat pembalakan dengan system silvikultur TPTI, sehingga merupakan sempalan-sempalan tegakan sisa, rumpang-rumpang, jalan sarad dan tempat terbuka. Dari hasil ujicoba Balai Teknologi Reboisasi Banjarbaru sejak tahun 1985 (saat ini berubah nama menjadi Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru ) di stasion Penelitian (KHDTK) Kintap dimana sistem tebang rumpang (”Gap Cutting System”)  merupakan salah satu sistem silvikultur yang memberikan hasil positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan permudaan alam dan mengetahui keanekaragaman jenis yang terdapat pada rumpang tebangan umur 16 tahun, 5 tahun dan 3 tahun.  Metode penelitian yang digunakan adalah pada rumpang 16 tahun (tingkat pohon), pengambilan sampel dilakukan dengan intensitas 100 %, sedangkan pada tingkat pancang dan tingkat semai dilakukan secara acak bertahap (Stratified random) yaitu 4 kwadrat ukuran  5 x 5 m untuk tingkat pancang dan 4 kwadrat ukuran 2 x 2 m untuk tingkat semai.  Hasil penelitian menunjukkan pada rumpang 16 tahun luas bidang dasar tingkat pohon 12,5 m2 /ha. Pada rotasi 70 tahun dengan riap rataan tersebut diperoleh luas idang dasar 54.6 m /ha. Pada rumpang 16 tahun diameter maksimum tingkat pancang sebesar 9,5 cm, pada rumpang 5 tahun 8,2 cm dan pada rumpang 3 tahun 6.5 cm. Permudaan alam tingkat pancang pada  rumpang 5 tahun dan 16 tahun ditemukan masingmasing 38 jenis, 37 jenis dan 60 jenis. Hal ini membuktikan bahwa komposisi jenis dan struktur tegakan pada kelas umur rumpang tersebut tidak sama antara satu dengan lainnya. Jenis permudaan yang mendominasi pada tingkat pohon di rumpang 16 tahun dan 5 tahun adalah Shorea johorensis dan Shorea parvifolia, sedangkan pada tingkat pancang pada rumpang 16 tahun, 5 tahun dan 3 tahun masing-masing didominasi oleh Shorea parvistipulata, Shorea parvifolia dan Hopea sangal.
KAJIAN EFEKTIVITAS SISTEM SILVIKULTUR TEBANG RUMPANG TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIFITAS DAN KELESTARIAN HUTAN ALAM PRODUKSI Sudin Panjaitan; Dian Lazuardi; Beny Rahmanto
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2013.7.2.109-122

Abstract

Tebang rumpang (”gap simulation system”) merupakan salah satu sistem silvikultur alternatif, yang berlandaskan permudaan alam dan unit perlakuan terkecil (tegakan) berupa rumpang-rumpang yang terikat oleh unit jalan sarad. Walaupun begitu, evaluasi hasil ujicoba   sampai  saat ini masih belum dilakukan secara komprehensif teruama dalam skala operasional. Evaluasi dalam level tegakan masih terbatas pada kondisi hutan primer dan logged -over dengan permudaan alam dalam rentang waktu kurang dari 10 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat efektifitas sistem tebang rumpang permudaan buatan pada hutan logged over area. Penelitian dilakukan di KHDTK Kintap pada petak-petak ujicoba rumpang tanaman umur 13 dan 17 tahun serta rumpang  permudaan alam umur 13 tahun. Dari aspek pertumbuhan perkembangan regenerasi baik alam maupun buatan, sistem tebang rumpang secara potensial menunjukan hasil yang lebih tingi dibandingkan dengan sistem silvikultur umpang yang selama ini digunakan. Pertumbuhan dan perkembangan jenis-jenis meranti pada permudaan alam lebih tinggi dibandingkan dengan rumpang tanaman. Performan sistem tebang rumpang tersebut sangat sesuai bagi areal hutan logged-over yang masih baik maupun yang sudah terfragmentasi berat. Tebang rumpang sebagai salah satu sistem silvikultur masi h sangat diperlukan untuk diujicoba dalam skala yang lebih besar terutama dalam aspek-aspek perencanaan pengelolaannya.
BIAYA INVESTASI LANGSUNG PENGELOLAAN HUTAN DENGAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ) OLEH PT INTRACAWOOD MANUFACTURING DI KALIMANTAN TIMUR Catur Budi Wiati; Karmilasanti Karmilasanti
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2013.7.2.75-84

Abstract

Pelaksanaan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) diharapkan dapat menjawab permasalahan menurunnya produktivitas hutan di Indonesia. Di sisi lain, besarnya biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan system silvikultur ini membutuhkan komitmen yang tinggi dari perusahaan, mengingat belum adanya kepastian besarnya keuntungan perusahaan jika melaksanakan TPTJ. Oleh karena itu, penelitian yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang biaya investasi langsung yang dilakukan PT Intracawood Manufacturing (PT IWM)  dalam pengelolaan hutan dengan sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) menjadi penting dilakukan. Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis sekitar bulan Juni - Juli 2012 di PT IWM menunjukkan bahwa biaya investasi langsung dalam kegiatan TPTJ di PT IWM pada RKT 2011, tidak termasuk biaya tenaga kerja karyawan perusahaan yang melakukan pengawasan kegiatan ini, mencapai Rp 6.591.270 per Ha.
KAJIAN ATURAN ADAT PEMANFAATAN TANE' OLEN OLEH MASYARAKAT LOKAL DI DESA SETULANG KABUPATEN MALINAU, KALIMANTAN TIMUR Catur Budi Wiati
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2013.7.2.123-130

Abstract

Keberadaan Tane Olen yang masih dipelihara dan dikelola secara bijaksana menunjukkan bahwa  masyarakat Desa Setulang memiliki suatu aturan adat dalam pemanfaatannya. Keberadaan aturan adat dalam pemanfaatan sumberdaya hutan mencerminkan pentingnya keberadaan sumberdaya hutan bagi masyarakat lokal. Penelitian yang dilakukan antara April – Mei 2012 di Desa Setulang, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur ini bertujuan untuk menginformasikan hasil identifikasi hukum adat dalam pemanfaatan Tane’ Olen oleh masyarakat Desa Setulang. Hasilnya menunjukkan bahwa aturan adat pemanfaatan Tane’ Olen yang dimiliki masyarakat Desa Setulang sangat dipengaruhi oleh aturan adat leluhur mereka dari suku Dayak Kenyah Oma’ Longh saat masih di Long Sa’an, hulu Sungai Pujungan, Kabupaten Malinau. Aturan adat tersebut berupa aturan pembatasan pemanfaatan Tane’ Olen agar seluruh masyarakat Desa Setulang dapat memperoleh manfaatnya secara adil dan berkelanjutan.
ASOSIASI DAN SEBARAN JENIS POHON PENGHASIL MINYAK KERUING DI PT. HUTAN SANGGAM LABANAN LESTARI, KALIMANTAN TIMUR Amiril Saridan; Massofian Noor
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2013.7.2.85-92

Abstract

Kabupaten Berau merupakan bagian dari Pulau Kalimantan yang memiliki komposisi floristik yang besar terutama Dipterocarpaceae dan jenis lainnya serta terdapat hubungan diantara individu dengan jenis lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai asosiasi dan sebaran jenis pohon penghasil minyak keruing diPT.Hutan Sanggam Labanan Lestari Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan sistem jalur dengan panjang 1 km dan lebar kanan-kiri jalur masing-masing 20 m dan dibuat sebanyak 2 buah jalur dengan luas areal 4 hektar. Pengamatan dilakukan terhadap semua individu pohon yang berdiameter 10 cm dan ke atas. Hasil identifikasi jenis yang telah dilakukan terdapat 4 jenis keruing dan 1 diantaranya sebagai penghasil minyak  keruing yaitu Dipterocarpus palembanicus Sloot. Dari perhitungan pasangan jenis pohon keruing dengan jenis dominan menunjukkan bahwa adanya 9 pasang jenis yang berasosiasi positif yang berarti akan menghasilkan hubungan yang positif terhadap pasangannya. Suatu jenis pohon akan hadir secara bersamaan dengan jenis pohon lainnya dan saling menguntungkan. Jika pasangan didapatkan dalam sampling, maka kemungkinan besar akan ditemukan pasangan lain yang tumbuh di dekatnya. Secara umum pohon keruing tumbuh berkelompok pada daerah datar dan sebagian kecil tersebar, ini menunjukkan bahwa masing-masing jenis keruing memiliki tempat tumbuh yang spesifik yang sesuai dengan lingkungannya.
PENGARUH PEMULSAAN TERHADAP PERTUMBUHAN MERANTI TEMBAGA (Shorea leprosula Miq) DI SEMOI, PENAJAM PASER UTARA, KALIMANTAN TIMUR Abdurachman Abdurachman; Hartati Apriani; Massofian Noor
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2013.7.2.93-100

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan  mulsa yang efektif untuk meningkatkan pertumbuhan merantitembaga (Shorea leprosula Miq) semoi Kabupaten Penajam Paser Utara. Pengukuran dilaksanakan pada 16 plot, dimana masing-masing plot seluas 0,25 ha, ada empat perlakuan mulsa yaitu tanpa mulsa sebagai control, dengan mulsa seresah dan ranting tanaman, mulsa plastic perak hitam (mpph) ukuran 50 cm x 60 cm, dan mpph ukuran 100 cm x 120 cm. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap berblok Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antar perlakuan untuk pertumbuhan diameter dan tinggi yang ditunjukkan dengan hasil nilai  F dari analisa keragaman. Hasil uji beda nyata terkecil menunjukkan serasah berbeda signifikan terhadap perlakuan lainnya dengan rataan diameter pertahun 1,18 cm/tahun dan rataan tinggi pertahun 1.01 m/tahun.

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2013 2013


Filter By Issues
All Issue Vol 8, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Dipterokarpa More Issue